Sabtu, 01 Januari 2022

Pagar Diri

Ternyata salah satu yang membebani pundak psikis saya itu adalah saya nggak ndang membenahi blog saya yang saya tinggalkan beberapa tahun kemarin. Setiap saya mau menuangkan isi pikiran, mau menulisnya, bebannya langsung berbunyi,

"blog mu itu udah karatan, butuh waktu lama kalau mau benerin, susah lah, kamu gak sempet sekarang"

Akhirnya? ya sudah begitu aja hehe, selalu tidak berlanjut, dipendam dan membebani diri sendiri bertahun-tahun.

Penghambat terbesar kita untuk berkembang dan melangkah salahsatunya adalah isi pikiran yang negatif, dan itu kita bikin sendiri bahkan dengan sukarela dan senang hati.
Kalau kata Teori psikologi kognitif, manusia yang sehat pribadinya adalah dia yang memiliki cara berpikir tepat. Tidak berlebih, tidak kurang. Di sisi lain, menurut teori psikologi analisis transaksional, kita itu punya kehendak untuk memilih bagaimana berpikir, merasa dan berperilaku yang tepat. Teori ini berfokus pada kondisi here and now (nanti insyaAllah mau bahas juga Perspektif "sudah terjadi"). 
Teori ini bilang, apapun yang sudah terjadi itu tidak menjadi fokus. Nah, sekarang ini kita mau apa dan bagaimana. Namun serunya, teori ini juga bilang bahwa masa lalu itu juga tidak bisa dilupakan begitu saja karena apa yang terjadi sekarang itu punya kaitan dengan apa yang sudah terjadi.

Kesempatan berkehendak ini lah yang seringkali lupa kita sadarkan dalam kehidupan sehari-hari. 
Hidup kita sering banget dihack sama pikiran-pikiran sesaat yang negatif dimana didukung oleh emosi dengan frekuensi serupa dan sifat impulsif. Cocok deh, ngehack berjamaah mereka.

Salahsatu cara untuk membuat jurus jitu adalah dengan sengaja menggantinya seketika, -jadi biar kumpulan negatif itu juga bisa kaget ya, masa iya kita yang dikagetin terus- menggantinya dengan pikiran positif.

"kamu itu gak bisa sekarang", jawab "bisa, ih kamu ih"
"mbokya entar aja", jawab, "sekarang lho sambil makan eskrim bisa, hehe"

dan lain-lain..

So, mulai aja, gapapa nggak sempurna. Jalan dulu aja.
Kita nggak boleh lho menuntut diri kita yang gimana-gimana kalau kita belum kenal banget sama diri sendiri. Jatuhnya nanti dzalim. Kenalan dulu deh, mumpung tanggal 1 januari :D
Dan, kita juga gak boleh ngerasa gak mampu kalau belum kenalan sama diri sendiri, karena bisa jadi kita sangat mampu namun emang males aja, jadinya juga dzalim itu.

yuk, mulai aja, selama itu baik, START.


Selasa, 21 Januari 2014

Menangis untuk apa?

Bismillah,
Allahumma sholli wa sallim 'ala habibina, sayyidina wa maulana Muhammad, wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in.

Saya dapat kiriman sebuah email dari kakak saya, tertanggal 20 Desember 2013, and finally baru saya buka barusan saja. Entah tapi seketika membuat saya ingin membaginya dengan banyak orang. Saya menangis, entah karena apa. Usia kehamilan saya menginjak 5 bulan tepat pada hari ini insyaAllah mungkin menjadi salah satu faktor menderunya emosi saya. Just go straight to this link, see, and feel.

http://www.huffingtonpost.com/2013/12/18/ben-nunery-dad-daughter-wedding-photos_n_4466529.html?utm_hp_ref=mostpopular
See ya

Senin, 02 Desember 2013

aaakkk PRnyaa kok banyakk...

Bismillah,
Allahumma sholli wa salim wa barik 'alaa sayyidina Muhammad wa 'alaa alihi wa shohbihi ajma'in.

teriak dulu, "aaaaaakkkkkkk!!"

udah,
sekian.

Betul, facebook itu bkin galau, disamping itu saya bersyukur, saya gak sembarangan memasukkan orang-orang dalam friendlist saya, kecuali beberapa orang dengan niatan saya tetap ingin menjaga silaturahim dengannya meskipun kadang postingannya bkin rusak mata. Anyway..saya menggalau, #ppfft

First, saya orangnya susah sekali untuk fokus ke satu hal, jadi sejalannya saya hidup saya belajar banyak hal dan mayoritas belum tuntas karena ditengah2nya saya mencoba hal yang lain. Di setiap hal yang saya pelajari saya tanamkan benih impian agar manfaat apa yang saya pelajari saat itu, jadi bisa dibilang saya punya harapan besar saya akan expert dan berguna untuk sekitar. TAPI, nyatanya semakin berjalannya waktu mengapa menjadi banyak sekali keinginan saya.. T_T , keinginan ini seiring dengan munculnya banyak problem di sekitar saya, saya merasa "perang" semakin dekat. Ya Allah betapa banyak hal yang harus saya kerjakan, betapa banyak PR umat yang tertanggung di setiap pundak yang mengaku muslim dan berilmu.

Di lain sisi, saya mengharapkan kehidupan yang damai, tenang, tinggal di alam yang menyejukkan, tapi apa yang saya liat seakan menenggelamkan saya untuk menjauhi hal itu dan berpeluh menyelesaikan semua itu. Tidak, ini tidak akan selesai, saya melihat jalan tanpa ujung, karena Allah belum mampukan saya melihat ujungnya.

Sungguh, hidup seorang muslim hendaklah seimbang, kesempurnaan keilmuan hendaklah mencakup segala aspek. Fisik dan metafisik. jasmani dan ruhani. Saya berkesimpulan, ketika seorang muslim meninggalkan salah satu aspek ini tak lengkaplah hidupnya. Ulama terdahulu mencontohkan, mereka adalah seorang ulama sekaligus seorang dokter. Metode penyembuhannya komplit dan menyeluruh. Maka ketika orang-orang merasa sakit, mereka datang kepada ulama, tuntaslah masalah mereka, luar dan dalam.

Keseimbangan ini tidaklah mudah dicapai, menaiki satu anak tangganya membutuhkan ketekunan dan diiringi harapan besar yang dititipkan di pintu langit dengan amalan nyata. Tak bisa hanya berharap dan bertopang tangan. Butuh kerja keras dan berpeluh bahkan menuai cacian.

Mereka, orang-orang hebat yang menjadi teman saya di dunia maya maupun nyata, mengajarkan bahwa keberhasilan mereka capai ketika mereka percaya sepenuhnya bahwa Allah akan memberikan jalan untuk mereka, karena mereka tau ini adalah sebuah kebaikan untuk diri mereka dan orang banyak, semustahil apapun manusia menilainya. Ya, mereka percaya akan hal itu. Ketika iman terimplentasikan dalam 3 hal, hati, lisan dan perbuatan. Mereka meyakini, mereka melantangkan dan mereka buktikan.
Saya salut sambil terduduk disini melihat perjuangan mereka dengan keteguhan luarbiasa.

Saya dimana? Di sini, masih menonton mereka, sambil merangsek mendekati panggung tempat mereka berlaga. Dengan sejuta asa yang saya punya, sungguh terasa beban ini semakin berat, akan terasa ringan jika Allah berhendak demikian.

See ya, insyaAllah.

Time is Love

Jumat, 22 November 2013

There's a kind of hush (by carpenters)



There's a kind of hush
All over the world tonight
All over the world
You can hear the sound of lovers in love
You know what I mean

Just the two of us
And nobody else in sight
There's nobody else and I'm feelin good
Just holding you tight

So listen very carefully
Get closer now and you will see what I mean
It isn't a dream
The only sound that you will hear
Is when I whisper in your ear I love you
For ever and ever

There's a kind of hush
All over the world tonight
All over the world
People just like us are fallin' love

Sabtu, 02 November 2013

Episode Baru, yeay!

Bismillah,
Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa 'ala alihi wa shohbihi ajma'in.

Sebelum saya menuliskan kalimat Bismillah di atas sebetulnya saya sudah menuliskan judul postingan saya kali ini. Namun saya terhenti dan tidak bisa melanjutkan, berusaha untuk mencocokkan isi dengan judul yang sudah terpampang. Dengan alasan saya mau nuls random dulu, jadi menuliskan judul menghambat saya akan tujuan awal.

Judul sebetulnya bisa menjadi pedoman penulisan, istilahnya kesimpulan dari keseluruhan tulisan kita. Namun terkadang kita menjadi terkekang dengan simpulan kita sendiri. Akhirnya saya memutuskan untuk menulis judul belakangan, karena biasanya simpulan itu berada di akhir. Jadi tergantung niatnya hehe

Ohya, sejenak saya lupa kalau saya pernah menulis *parah. Reminder di email saya mengingatkan tempat ini lagi, aaiiih kok penuh kenangan begini isinya XD. Seakan melihat masa lalu, masa kini dan menatap masa depan, haihaii saya sudah sampai mana ini..

Saya melangkah setahap demi setahap, sungguh tak mudah, jikalau bukan karena rahmat dan pertolongan Allah mungkin saya sudah menyerah. Kalau hati ini bukan ciptaan Allah, pasti udah ngehang berkali2, opname terus2an. Tapi ternyata Allah menyampaikan saya pada kondisi yang tidak saya bayangkan sebelumnya. Finally saya menikah, rejeki kemudian datang berlanjut, saya hamil, terhitung cepat untuk ukuran pasangan yang baru menikah. Siook, jelas. Bingung, entah apa yang saya rasakan, apa yang harus saya pikirkan sampai sempat lupa bersyukur. Alhamdulillah, Allah ingatkan saya. Tak lupa saya mendoakan kawan2 saya yang merindu hadirnya generasi2 rabbani di tengah keluarga kecil mereka, sungguh saya tidak lupa..
So, episode baru inipun tidak lupa juga untuk me....me-apa ya istilahnya, me-nunda beberapa impian saya. Allah ganti dulu dengan yang ini,,semoga berkah, aamiin..

Bicara pernikahan, ya ini baru saya rasakan. Betullah kata sahabat saya, "menikah itu adaptasinya seumur hidup". Jauhnya jarak usia saya dengan si mas, 11 tahun, membuat kami setiap saat beradaptasi. Pribadi, jenis kegiatan, makanan kesukaan, dan lain2nya yang berbeda inipun yang sering membuat saya terpana "bisa ya Allah jodohkan saya dengan mas, hahaha" #pukpukMas.

Ya, saya melangkah perlahan, Bismillah, semoga berkah Allah atas keluarga kami dan keluarga muslim lainnya di luar sana.

See ya, insyaAllah

*finally, postingan ini saya kasih judul, "episode baru" :D

Senin, 04 Februari 2013

Manusia (memang) sok tau

Bismillah,

Terbilang lumayan lama saya tidak menulis, banyak hal yang melatarbelakanginya, salah satunya karena saya merasa sangat malu.
Terbilang tak lagi muda tetapi masih mengaku muda maunya, saya kelahiran tahun 1987, kalau dihitung maka saya akan menginjak usia 26 tahun bulan Juli mendatang, insyaAllah. Wow, #tutupmata.
Beberapa waktu belakangan ini, banyak hal menghampiri saya, saya masih menerka maksud Allah akan kejadian-kejadian ini. Mulai dari yang benar-benar baru, sampai mimpi yang pernah saya "kubur" dahulu. Anehnya seakan saya harus memilih diantara salah satunya, yang baru atau yang dulu. Berhari-hari saya mencoba berpikir dan merenung. Ada persediaan jaring laba-laba yang harus saya pintal, membentuk rangkaian ikatan kuat untuk saya berpijak, saya sedang memikirkan di rumah siapa saya harus memintal. Menunggu, saya sedang menunggu keputusanNya dengan ke-sok-tau-an saya sebagai pribadi yang kerap berbuat salah.

Beberapa hari yang lalu saya menjumpai salah satu sosok generasi muda, seumuran saya namun prestasinya luar biasa. Pribadi, ilmu, karya, dan capaian cita-cita yang melambung tinggi melebihi kondisi saya sekarang. Sungguh, awalnya saya mengira bahwa ia adalah manusia berusia 30 hampir mencapai 40-an. Nyatanya saya terdiam terpana dan asik membaca karyanya yang semakin membuat saya merasa mengecil dalam besarnya impian saya dan dirinya. Berulang kali saya merasa kecil di hadapan orang banyak, namun yang ini sungguh, t.e.r.l.a.l.u. Benar, saya bermimpi hampir persis dengan mimpinya, dan ia telah berlaga di panggung, sedang saya masih memilih kostum untuk tampil.

Mengenai banyak hal yang datang menghampiri, menawarkan dua hal berbeda jika saya boleh mengelompokkannya. Dalam segala kegelisahan saya di awal, saya terus bertanya padaNya, ya! Tanyalah padaNya untuk pertama kali. Semakin hari dalam kepala saya semakin terbentuk rumusan pintalan yang ingin saya buat, dengan segala konsekuensinya yaitu mimpi saya akan saya rajut perlahan, tenang, lebih terencana dan tidak asal-asalan. Orang-orang yang mengenal saya dengan baik akan tau bahwa langkah yang saya ambil terpola dengan buru-buru, main cepat, dan hasil yang tidak sempurna. Tersenyum membaca kesimpulan ini? Berarti anda cukup mengenal saya dengan baik :)) . untuk lebih lengkapnya hubungi keluarga saya di rumah :D. Ya, karena mereka yang tahu mendekati persis seperti apa saya hidup selama ini. Lebih lengkapnya lagi tanyakan padaNya, Ia yang mencipta.

Bila dibaca tulisan saya mulai awal hingga menjelang akhir ini, kalau disadari maka akan tersirat ke-sok-tau-an manusia macam saya. Menyimpulkan bahwa banyak hal yang menghampiri, bahwa yang datang adalah hal baru, bahwa saya telah mengubur mimpi, bahwa saya harus merasa kecil, bahwa ada dua kelompok perihal yang harus saya pilih, dan bahwa bahwa yang lainnya. Saya terlalu sok tau untuk menyimpulkan, padahal jalan saya belum final. Tapi, saya memang sok tau.
Ke-sok-tau-an biasanya beriringan dengan langkah kesombongan, merasa tau dan membenarkan pendapatnya. Tapi tidak saya katakan, jika sok tau itu kita lakukan setelah kita bertanya padaNya. Merendah diri-lah yang akan kita dapatkan jika kita bertanya dahulu padaNya, apa dan bagaimana. Merendah diri di hadapanNya saja, tetapi percaya diri yang kita dapat dalam melangkah, mantap dan enggan lepas dariNya. Sok tau ini merupakan cara kerja kognitif yang melibatkan afeksi dan dilanjutkan dengan konasi; berpikir, merasa lalu menindak. Ketiganya ini bisa jadi bermain di atas panggung dengan kehancuran dalam fana atau malah berjaya dengan meninggalkan yang fana.

Saya sambut segala rencanaNya dengan hati lapang, cinta dan rindu akan mimpi itu, insyaAllah. Saya ikuti, saya cermati, Allah knows the best.Saya akan tetap sok tau dengan syarat bertanya dulu padaNya. Ask Him first, that's all.

See ya, insyaAllah.

Pagar Diri

Ternyata salah satu yang membebani pundak psikis saya itu adalah saya nggak ndang membenahi blog saya yang saya tinggalkan beberapa tahun ke...