Menjulang langit, mengakar panas, ini tragedi besar.
Mendulang laut, menangkap awan, ini tragedi besar.
Pusara itu telah hancur, menjelma butiran batu membangun bangunan yang baru,
Ku pikir hanya aku, yang jengah sesaat memandang selendang itu terkoyak.
Ku pikir hanya aku, yang lengah tersandung bebatuan panas lalu terarak.
Ternyata bukan hanya aku, yang tergeletak di tengah jalan, begitu saja.
Seharusnya aku sendiri, menjalani dinginnya rasa, menggigil hebat dalam alam raya.
Seharusnya memang aku sendiri, berharap udara luar membawa hangat sinar mentari saat senja.
Ini tragedi besar, untukku, dan juga kah dirimu, ataupun mereka?
Tidak, mungkin hanya untukku.
Ku ayunkan langkah kecil, menanti terminal tempat aku bisa tidur sejenak.
Bangunkan aku, dengan hangatnya sejatimu, bawa lari atau terbang, aku genggam sukmamu bersamaku.
Begitupun dirimu.
Malang, menjelang tengah malam.
Senin, 17 September 2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Pagar Diri
Ternyata salah satu yang membebani pundak psikis saya itu adalah saya nggak ndang membenahi blog saya yang saya tinggalkan beberapa tahun ke...
-
I have decided to change the official name of our club (from Malang Wingchun and Escrima Club-on FB) to "The Harb Hassan Do Academy&qu...
-
Bismillah walhamdulillah, Allahumma sholli 'ala sayyidina Muhammad wa'ala ali sayyidina wa maulana Muhammad. wiidiw, abi...
-
There's a kind of hush All over the world tonight All over the world You can hear the sound of lovers in love You know what I me...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar