Selasa, 20 Desember 2011

katanya, saya cerdas.

Berbincang dengan seorang kawan, berpartner dengannya di sebuah tempat kerja praktek keprofesian saya, yang mengaku dirinya sedikit (?) nyinyir, manyak atau apapun istilahnya, mudahnya tukang komentar. Sepertinya saya pun begitu, tapi saya katakan dia lebih parah, hal ini hanya untuk menjaga martabat dan harga diri saya, waks.


Suatu hari dia berkata, "orang cerdas kalau nggak nulis ga akan dikenang sejarah, jangan tanya kenapa mesti dikenang sejarah."
Dari sini ada 2 poin yang saya tangkap, dia mengakui kalau saya cerdas, dan dia meramalkan nasib saya yang nggak akan dikenang sejarah. Begitulah kesimpulan akhir setiap kali dia menyuruh saya menulis dan membuat blog, dimana (dilarang menyanyi) saya hanya mengiyakan tanpa tindakan apapun, saya tersenyum simpul dan dia tersenyum kecut.


maka, katanya saya cerdas.
maka, jadilah saya menulis.

1 komentar:

  1. di tahun 2022 tanggal 1 januari ini, saya buka2 lagi blog ini dan edit beberapa bagiannya. baca postingan paling awal ini dan saya inget2 lagi siapa teman saya itu, dan ketemu namanya wkwkwk

    masyaAllah, barakallah mbak sudah bersedia jadi pecutnya Allah untuk saya memulai menulis.

    BalasHapus

Pagar Diri

Ternyata salah satu yang membebani pundak psikis saya itu adalah saya nggak ndang membenahi blog saya yang saya tinggalkan beberapa tahun ke...