Sabtu, 03 Maret 2012

Bijak diri.

Ada petunjuk ketika Ia menghendaki menuangkannya di danau hati. MengenalNya tentu membutuhkan waktu untuk ditorehkan dalam hati dengan segala biru-pilu, merah-segar dan kuning-riang cobaan. Bertubi lelah membuat hati merindu rehat sejenak. Namun ketika Ia berkehendak segalanya menjadi nyata, bahwa segala keinginan hati terkadang jauh dari maksudNya dan kita sebetulnya ingin diluruskan.

Menyapa embun di kaca pagi ketika nafas terpenuhi dinginnya udara, uap siang sentuhan sinar matahari mengingat waktu ada dalam kuasaNya. Siapa kita ketika hendak memerintah sore cepat berganti malam agar rehat didapat segera, lagi.
Tak heran berlari tanpa ada jarak yang terlangkahi jika berlari di tempat menjadi ritme hidup usia dini. Tak pantaslah mencari yang pasti ketika langkah sudah jelas tidak pasti. Aku di sini seorang diri menyapa hadir mimpi menggenggam ujung harap ketika seolah terbang meninggi. Siapa lah aku memerintah malam berganti pagi hanya untuk membuahkan berkeping mimpi-mimpi.

Kalaupun pekat itu semakin terasa hanya Ia yang mampu menguraikan. Tak boleh merasa lelah memandang ketika menyapa layangan mimpi yang terkadang benang gelasnya tajam melukai. Toh obat selalu ada di kotak saat dicari, saat Ia kehendaki.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pagar Diri

Ternyata salah satu yang membebani pundak psikis saya itu adalah saya nggak ndang membenahi blog saya yang saya tinggalkan beberapa tahun ke...